Perjalanan duka

Pekalongan, 12 Desember 2018



Perjalanan Duka

Salah satu resiko merantau adalah harus siap dengan semua jenis perjalanan. Perjalanan tersebut tidak selalu menyenangkan termasuk perjalanan yang tidak pernah kita kehendaki adanya. Perjalanan duka, perjalanan untuk bertakziah pada keluarga atau kerabat yang meninggal dunia.

Malam kemarin kakak sepupu kami meninggal dunia (Allahu yarham) sehingga pagi tadi saya pulang dengan kereta paling awal. Selama perjalanan, saya merenungi beberapa perjalanan sejenis yang pernah saya lalui.

Ibu dulu meninggal ketika saya masih kuliah. Waktu itu dini hari menjelang sahur Ramadan, saya mendapat kabar kalau beliau meninggal. Tanpa pikir panjang, langsung saya tancap gas dari Semarang menuju Pekalongan dalam keadaan belum sempat bersahur. Saya menangis sejadi-jadinya sepanjang perjalanan.

Berbeda lagi ketika Ayah meninggal dunia. Waktu itu, Minggu sore saya pamit ke beliau untuk berangkat ke Semarang. Beliau yang memang sedang dalam masa pemulihan belum terlihat fit namun dapat berkomunikasi dengan lancar. Seperti biasa, beliau selalu memberi do'a dan wejangan sebelum anaknya berangkat merantau.

Qodarullah, Senin siang saya ditelfon dari rumah bahwa Ayah meninggal dunia. Remuk redam perasaan saya waktu itu, ternyata pamitan kemarin adalah yang terakhir dengan beliau. Saya langsung izin ke atasan untuk pulang ke Pekalongan. Terbersit pikiran untuk pulang naik motor, namun apa daya perasaan tidak kuat dan larangan dari keluarga membuat saya mengurungkan niat saya naik motor. Saya putuskan untuk naik kereta api. Alhamdulillah, saya dapat tiket kereta api dengan go show dan langsung berangkat. Sepanjang perjalanan saya coba menahan tangis dan tak henti-hentinya berdo'a.

---

Akhirnya saya menyadari bahwa hidup, mati, jodoh, rizki dan segalanya telah diatur oleh Allah Swt. Kita hanya bisa berprasangka baik dan menjalani setiap takdir-Nya. Bisa saja kita yang masih muda, sehat, bahagia, dan punya rencana panjang ini sebentar lagi dipanggil pulang pada-Nya. Siap tidak siap, kita harus terus bersiap-siap. Semoga kita semua senantiasa dapat memetik pelajaran dari setiap kejadian.

Salam.






You Might Also Like

0 komentar