Suk Wangan, merawat mata air kehidupan
Matahari
belum naik begitu tinggi ketika sebagian warga Karanglo berduyun membawa sabit
dan cangkul. Tidak menuju sawah ataupun kebun, mereka serentak menuju sumber
mata air di kawasan Segerung. Seperti
tahun-tahun sebelumnya sejak dulu, mereka akan mengamalkan tradisi lokal yang
disebut dengan Suk Wangan.
Kegiatan Suk Wangan adalah kearifan lokal untuk
merawat dan mensyukuri sumber mata air yang mengalir hingga rumah warga. Sebuah
cara untuk berinteraksi dan mengucapkan terima kasih pada alam yang telah ikut
menjaga kehidupan mereka. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mengikuti
arahan dan bimbingan sesepuh lingkungan serta dipimpin oleh pemuka agama
setempat.
Suk Wangan diawali dengan membersihkan dan
menata jalur setapak menuju sumber mata air tersebut. Karena letaknya yang
dikelilingi hutan bambu, sudah pasti banyak hal yang dilakukan untuk
membersihkan jalan tersebut. Selain menjaga kebersihan, penataan tersebut
dilakukan agar jalan setapak tetap bisa dilewati dan tidak hilang tertutup
semak belukar. Acara dilanjutkan dengan penyembelihan ayam jantan di kawasan mata
air tersebut. Setelah disembelih, ayam tersebut dibersihkan dan dipanggang. Bagian
dari ayam yang dipanggang tadi (bagian kepala dan cakar) disisihkan untuk
diletakkan sebagai sesaji bersama bunga tabur, seperangkat bahan-bahan kinang,
rokok tembakau, uang koin, serabi, serta telur ayam kampung.
acara Suk Wangan warga RT 1 dan 2 Dusun Karanglo |
Jalan dan kawasan telah bersih, sesaji telah lengkap, para warga bergegas berkumpul duduk melingkar. Kegiatan Suk Wangan dilanjutkan dengan memanjatkan doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Dalam suasana khidmat di tengah rimbunnya alam, semua berdoa agar Tuhan Yang Maha Kuasa menjaga lingkungan mereka khususnya mata air Segerung. Acara ditutup dengan makan bersama beralaskan daun pisang dengan menu tradisional seperti urab, sayuran, dan tempe tahu. Suk Wangan, sebuah kearifan lokal untuk merawat mata air kehidupan.
0 komentar