Obituari untuk Para Pengabdi



“Hari-hari ini duka terlampau sering kujumpai. Ada yang di balik microphone surau, di bendera kuning pada pintu gang, atau di grup-grup Whatsapp. Pesannya sama, semua yang datang pasti akan pulang…”

Potongan sajak tersebut adalah air mata batin saya mendengar banyak berita kematian, terutama para pengabdi UNISSULA serta keluarga dan kerabatnya. Bulan Juli muda masih berusia 7 hari namun setidaknya ada 12 kabar duka yang melintas di grup Whatsapp para pengabdi. Virus Covid-19 memang hanya wasilah kematian, tapi apa harus sebanyak ini? Kematian sungguh rahasia Allah Swt., tapi kenapa menjadi sangat berurutan dan terbuka seperti ini? tentu pertanyaan tersebut hanyalah gambaran dialektika perasaan saya.

Bagi kita yang masih hidup, kematian itu perkara mencari titik keseimbangan antara kesedihan dan keikhlasan. Sedih karena harus melihat almarhum/almarhumah yang tercabut secara ruhiyah dari jasadnya, tercabut secara sosial dari lingkungannya, dan tercabut secara eksistensi dari riwayat interaksinya. Namun tentu saja kita terus berproses menuju sikap ikhlas. Ikhlas bahwa setiap yang terlahir ke dunia, akan kembali pulang menuju Allah Swt di waktu dan cara apapun sesuai kehendak-Nya.

Obituari ini saya tulis dengan harapan tidak ada lagi kabar duka di hari-hari berikutnya. Namun demikian kematian itu murni kehendak Allah Swt., bisa jadi kita atau bahkan saya yang pulang selanjutnya. Sungguh tidak ada yang mengetahui hal tersebut serta hikmah yang akan dibawanya. Sebagai muslim, kita harus percaya bahwa kematian bukan akhir segalanya. Justru kematian adalah dimulainya waktu untuk menuai hasil kebaikan dan iman yang terus kita upayakan selama hidup.

Mari terus berupaya untuk hidup untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal sebelum dipanggil pulang.

You Might Also Like

0 komentar