Ada cerita di Jakarta (part 1)

Disclaimer: tulisan ini dibuat untuk menceritakan agenda sebulan lalu pada 30 Oktober – 4 November dalam rangka IO Staff Exchange di BINUS University, Jakarta. Hal-hal yang bersifat kelembagaan sudah saya tuangkan dalam laporan resmi, tulisan ini diniatkan untuk bercerita dari sisi personal saya. Selamat menikmati.

 

Sekitar akhir September lalu, saya agak kaget ketika tahu akan ditugaskan untuk ke Jakarta oleh kepala unit. Saya diminta menjadi delegasi dalam program pertukaran staf International Office antara UNISSULA dengan BINUS University, Jakarta. Bukannya tidak mau, tapi saya benar-benar menghindari bepergian ke Jakarta dengan tujuan apapun. Membicarakan Jakarta berarti membayangkan kota yang penuh kesemrawutan dan stres. Namun apa boleh buat, instruksi sudah ditetapkan dan kesempatan belajar di BINUS University terlalu sayang untuk dilewatkan.

Tulisan ini tidak akan berlarut-larut membahas Jakarta karena saya sudah mulai berdamai dengannya melalui puisi ini SEPULANG JAKARTA. Saya akan fokus kepada orang-orang dan hal-hal istimewa yang saya temui selama di BINUS University. Untuk keefektifan tulisan, BINUS University akan saya perpendek menjadi BINUS. (Mohon izin ya, Ms. Lea dan Pak Rama) 😊

---

BINUS memulai program IO Staff Exchange terlebih dahulu dengan mengirim stafnya (Ms. Mega) ke Office of International Affairs (OIA) UNISSULA sepekan sebelum saya ke Jakarta. Kedatangan Ms. Mega membuat kami belajar untuk menceritakan semua hal yang sudah dikerjakan di OIA. Lewat bercerita, kami (setidaknya saya) bisa memperbarui lagi rasa cinta dan rasa bangga kepada pekerjaan. Keduanya merupakan hal penting yang lama-lama bisa luntur bila kita tak menjaganya.

Jumat pun tiba dimana Ms. Mega harus menyelesaikan agendanya di UNISSULA untuk kembali ke BINUS. Saya harus berterima kasih kepada Ms. Mega karena sudah memberi gambaran tentang hal-hal yang akan saya temui di BINUS, termasuk kulinernya..haha


Farewell Lunch dengan Ms. Mega dan tim OIA



Minggu, 30 Oktober 2022 saya sudah tiba di Stasiun Pasar Senen Jakarta. Pagi itu saya dijemput oleh Tiffany, mahasiswa volunteer asal Semarang yang ditemani oleh Pak Tanto sebagai driver. Setelah sekitar 45 menit perjalanan, tibalah saya di BINUS Square, semacam Edupartment bagi mahasiswa BINUS yang juga memiliki fasilitas guesthouse bagi tamu. Tidak ada yang spesial di hari tersebut selain semangat yang menggebu-gebu untuk belajar kepada rekan-rekan di BINUS.

Senin pun tiba, saya berangkat ke kampus BINUS untuk belajar dan berkantor sementara di direktorat BINUS Global di kampus anggrek. Hari pertama saya awali dengan agenda campus tour didampingi Pak Mario. Saya menduga kalau Pak Mario punya bakat tersembunyi untuk jadi tour guide, dia begitu luwes menjelaskan cerita di balik setiap sudut BINUS. Caranya menyapa dan berkomunikasi dengan orang-orang di unit lain menggambarkan kapasitasnya sebagai “orang lapangan” yang sangat paham teknis. Kudos untuk Pak Mario yang insightful dan paham latar belakang BINUS. Satu yang paling membuat saya terkesan, dia paham dimana penjual gorengan yang enak dan paling murah di sekitar kampus!

Kegiatan berlanjut, saya mengikuti 2 sesi di hari itu. Sesi pertama dengan Ms. Debby terkait perkenalan BINUS secara umum dan sesi kedua tentang Inbound Student Mobility. Pada sesi kedua, saya ditemani oleh Ms. Arina dan Ms. Melisa yang sangat gamblang berbagi pengalaman dan cerita. Terima kasih Ms. Arina dan Ms. Melisa!

Oh iya, saya dan Ms. Debby akhirnya bertemu secara langsung! haha.. Kami sudah pernah kolaborasi sebelumnya secara online. Beliau ini sosok yang sangat smart dan ditakuti dihormati di sana. Terbukti, tidak ada yang berani mengumpulkan “urunan” untuk beli cemilan sore selain Ms. Debby. Hihihi.


Ms. Debby dan saya yang kompak pakai baju merah


Sebenarnya ada satu hal yang saya pribadi kurang cocok di BINUS. Ya, perihal jam kerjanya yang bisa sampai jam 6 sore. Dugaan saya sih, selesai jam segitu untuk menghindari macet jam pulang kerja. Kalau hal tersebut benar, Jakarta memang benar-benar “luar biasa”. Membandingkan hal tersebut dengan UNISSULA yang jam kerjanya berakhir jam 4 sore, membuat saya sangat bersyukur.  

 

Tulisan tentang pengalaman di BINUS akan saya bagi menjadi beberapa part. Selain memang banyak yang harus diceritakan, kenangan juga perlu waktu untuk diendapkan. Bagi saya, menulis dengan rasa rindu akan lebih memberi nyawa pada rangkaian kata-kata. 

Sampai bertemu lagi di tulisan mendatang, mari kembali menanam rindu.

You Might Also Like

0 komentar